Ghost OF Love
“Vin, besok jangan lupa bawa catatan kimia, fisika, matematika, and biologi ya,’’ kata Adit.
‘’Iya deh,,iya..,’ ‘ sambungku.
‘’Eits,,wait !oh ya,catatan jepang juga ya..,’’ kata Adit lagi.
‘’Iya…,’’ jawabku singkat.
‘’Jangan lupa lho…,’’ katanya lagi.
‘’Iya Dit….iya…,’’ jawabku singkat lalu kututup HP-ku. Habisnya,temanku yang satu ini paling recok deh. Kalau bicara sama dia,aku bisa gondokan nih…tapi,dia itu teman aku yang paling baik lho. Ada satu lagi temanku yang namanya Rian, hubungan kami bertiga sangat akrab.
Esoknya, saat istirahat,aku dan Rian pergi ke kantin untuk makan. Beberapa saat kemudian Adit tidak muncul juga. Kami berdua keheranan, padahal biasanya kami bertiga makan sama-sama. Sampai waktu istirahat berlalu, Adit tidak muncul juga. Jadi aku dan Rian memutuskan untuk beranjak masuk kelas. Saat pulang sekolah pun kami tidak melihat Adit. ‘’Mana sih ni anak??’’ gerutu Rian, kami berdua makin heran,dan Rian mengusulkan untuk pergi ke rumah Adit.
Kami sampai di rumah Adit, pengurus rumahnya yang membukakan pintu untuk kami.Mak Tita menyuruh kami langsung naik ke kamar Adit saja.
‘’Dit..napa lu?,’’ sapaku saat melihat Adit terbaring. ‘’Lagi sakit nih…,’’ jawabnya lemas. ‘’Tumben..Lu bisa sakit juga ya…,’’ ejek Rian.
Kami bertiga pun tertawa secara serentak. Habisnya Adit tuh yang biasanya overacting paling semangat dan paling recok. Aku dan Rian tak menyangka kalau rupanya Adit bisa jatuh sakit juga.
‘’Sakit apaan sih lu?,’’ tanyaku.
‘’Mau tau aja Lo…,’’ jawabnya sombong.
‘’Dasar lu! lagi sakit pun sombongnya minta ampyuun, ntar gak bisa sembuh lho…,’’kata Rian membelaku.
‘’Ada aja…,’’ kata Adit.
‘’Dasar lu…,’’ kata Rian sembari menggelinya.
‘’Eh guys, Gue punya pertanyaan nih..’’ kata Adit.
‘’Iya, apaan?,’’ tanyaku. ‘’Kalo Lo hidupnya tinggal sehari, apa yang mau Lu lakuin?’’ tanyanya.
‘’Kalo gue, mau pergi ke tempat favorit gue and ngehabisin hari gue di sana,’’ jawabku singkat.
‘’Kalo gue, mau tidur aja deh jadi gue gak bakalan menderita waktu gue lagi sekarat,’’ kata Rian.
‘’Oh,,.iya donk,,habisnya hobi lo kan molor aja…,’’ ejekku.
‘’Nah,gimana kalo lo Dit?,’’ tanyaku padanya. ‘’Kalo gue… gue pingin ngehabisin waktu yang ada bersama cewek yang gue suka,’’ jawabnya dengan muka yang sedih.
Dan ia menatapku. aku merasakan kalau tatapan itu ada maksudnya. Habisnya tatapan itu aneh. Sedangkan Rian terus merecokinya dengan cewek yang ia sukai itu, aku sih tidak begitu peduli, habisnya aku sudah tau kalau Adit suka sama seorang cewek. Namun aku penasaran juga, jadi aku juga ikut-ikutan Rian merecokinya. Tapi Adit tak pernah mau mengatakanya,
Kami berdua menghabiskan sore itu di rumah Adit dan berbincang-bincang dengannya. Saat hari sudah mulai gelap aku dan Rian pun berpamitan.
***
Liburan kali ini Rian pergi ke luar kota bersama keluarganya. Jadi tinggal aku dan Adit yang tak punya rencana kemana-mana. Akhirnya Adit mengajakku untuk pergi ke kampung halamannya. Dan aku setuju saja, di sana banyak padang rumput yang hijau yang penuh bunga. Aku sangat menyukai tempat itu. Kami berdua bermain di sana setiap hari dan kurasakan kalau aku mulai menyukai Adit. Tapi aku tak tahu bagaimana perasaan Adit terhadapku. Jadi kupendam saja perasaanku ini.
Lagipula aku sudah berjanji akan berpacaran dengan Rian setelah ia kembali dari liburannya. Jadi hubunganku dengan Adit adalah tidak mungkin. Tak mungkin aku mengingkari janji ku dengan Rian dan mengatakan pada Rian kalau aku menyukai Adit. ‘’Tidak mungkin,’’ pikriku.
Dan aku tetap melewati hari-hariku bersama Adit dan berharap bahwa hari-hari ini tidak akan pernah berakhir. Namun waktu tetap berjalan dan waktu liburan tinggal satu hari lagi.
Esoknya, Adit mengajakku ke padang rumput dan kami menghabiskan waktu bersama di sana. Kami berbincang-bincang dan tiba-tiba Adit memelukku dari belakang dan kudiami saja. Ia memelukku erat-erat tanpa berkata apa-apa. Sesaat kemudian aku memanggilnya dan ia tak menjawab. Jadi kupanggil lagi ia tetap tidak menjawab. Aku pun menjadi heran.
Tiba-tiba Adit jatuh dan tak sadarkan diri. Aku menjadi takut dan kubawa ia ke rumah sakit terdekat.Dokter mengatakan kalau ia kena serangan jantung. Dari dulu ia punya penyakit jantung bawaan dan penyakitnya bisa kambuh kapan saja. Aku masih tak percaya atas penjelasan dokter dan aku berusaha masuk ke kamarnyadan memanggilnya.Namun ia tak menjawabku, air mataku menetes tanpa kusadari.
‘’Apakah ini saat-saat yang tidak ingin aku alami ini harus terjadi sekarang?,’’ tangisku dalam hati. Hatiku menjerit ketika aku kehilanagan orang yang kusuka. Aku bukan saja kehilangan tubuhnya,namun juga jiwanya. Aku berpikir bahwa aku masih bisa melihatnya, menyentuhnya dan akrab dengannya meskipun hanya sebagai teman.
Namun sekarang aku tidak memilikinya lagi, baik sebagai teman ataupun pacar aku merasa sangat terpukul. Namun aku masih mempunyai satu hal yang tak bisa direbut siapapun dan apapun yaitu kenangan bersamanya, selamanya aku akan mengingat hari-hari dimana aku bersama Adit.
Saat Rian pulang dari luar kota ia juga merasa sedih akan kepergian Adit. Namun,itu semua berlalu dengan cepat. Aku dan Rian saling melengkapi dan memahami. Aku sudah tak begitu sedih lagi akan kepergian Adit karena ada Rian yang senantiasa di sampingku dan menghiburku. Ia mengisi hari-hariku dan sekarang aku sudah bisa menerima kehilangan Adit dan keberadaan Rian.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa sifat Rian mulai berubah. Aku bisa melihat sifat Rian menjadi sama seperti sifat Adit. Mungkin Rian berusaha meniru gaya Adit,pikirku pada awalnya. Tapi lama kelamaan hal itu semakin mejadi-jadi. Aku tak mungkin salah membedakan yg mana Adit dan Rian. Akhir-akhir ini aku merasakan keberadaan Adit pada diri Rian atau itu hanya perasaanku saja?.
Tapi tak mungkin sikap Rian dan Adit sangat berbeda, meskipun kalau Rian meniru gaya Adit, kadang-kadang pasti ada juga kesalahan sikap Rian menjadi perhatian tapi tak selembut Adit. Rian biasanya bisa mengubah suasana menjadi seru dengan pamer-pameran, Namun Adit bisa mengubah suasana menjadi romantis dan akhir-akhir ini Rian menjadi lembut dan hangat, aku bisa merasakannya. Ini bukan sikap Rian yang biasanya sikap ini sama seperti sikap Adit.
Setahun setelah kematian Adit, aku dan Rian pergi ke padang rumput yang berbunga di desa Adit, aku teringat setahun yang lalu ketika aku dan Adit bermain di sini di padang rumput ini. Ia memetikkan aku setangkai bunga lili yang putih bersih. Sekarang datang kemari bersama Rian, anehnya kali ini Rian yang memetikkan bunga untukku dan bunga itu sama dengan yang Adit berikan padaku setahun lalu.
Rian juga melakukan hal sama seperti Adit setahun lalu. Ia memelukku, Aku tak tahu siapa yang memelukku Rian ataukah Adit. Wajah yang kulihat adalah Rian, tubuh yang memelukku adalah Rian tapi mengapa kurasakan kehadiran Adit? yang kurasakan adalah kehangatan Adit. Aku heran aku berpikir ini adalah Adit, pasti Adit, Aku yakin.
‘’Dit, apakah ini lo?,’’ tanya ku pada Rian. Aku menatapnya lekat-lekat dan ia tersenyum padaku. ‘’Iya Vin. Ini gue Adit,’’ jawabnya. Aku tak bisa lagi menahan air mata ku. Aku tak pernah tahu bagai mana Adit bisa ada di tubuh Rian, tapi yang pasti kulakukan adalah memeluknya erat-erat. Kalau bisa aku tak mau melepasnya sudah lama aku kehilangan dia.
‘’Vinada yang mau gue katakan sama lo, gue dari dulu suka sama lo. Maaf ya kalo gue baru bilang sekarang. Mungkin udah telat tapi Vin gue datang untuk mengatakannya.Gue mau lo tahu kalo gue suka sama lo Vin,” terangnya sambil diakhiri dengan jeritan sembari memelukku erat-erat.
‘’Iya Dit,gue udah tau kok. Gue juga suka ma lo’’ ujarku sambil menatap matanya. Dulu gue suka sama lo Dit. Sampai sekarang juga.gue gak terima kenapa lo ninggalin gue tanpa berkata apa-apa.Dan kenapa lo sakit lo gak mau kasih tau gue? kenapa Dit?,’’ tanyaku sambil menangis
‘’Maaf Vin, gue gak mau lo sedih,’’ ujarnya dengan rasa bersalah. ‘’Tapi sekarang gue juga merasa sedih kan Dit?,’’ desakku.
‘’Maaf Vin, tapi kalao lo mau,gue bisa tinggal di sini,di tubuh Rian dan kita bisa hidup bersama.’’ terang Adit..’’ Tapi bagaimana dengan Rian?,’’ tanyaku. ‘’Rian…Rian mesti mengorbankan dirinya demi kita Vin. Dia pasti mau Vin. Dia pasti mau ngelihat lo bahagia,’’ balas Adit. ia mengatakan seolah-olah Rian menyetujuinya, sejenak aku berfikir bahwa Adit hanya mau menang sendiri.
‘’Enggak Dit. Ini tubuh Rian. Ini milik Rian. Gue gak mau Rian mengorbankan dirinya demi kita. gue gak mau Dit,’’ tolak ku. ‘’Jadi lu memilih berpisah Vin?,’’ tanya Adit. ‘’Maaf Dit, ini tubuh Rian, jangan egois Dit, hubungan kita sudah terlambat. Gak mungkin bisa kembali lagi,’’ ujarku dengan tegar menahan air mataku.
‘’Gue ngerti Vin, tapi maaf udah bikin lo sedih. Tapi gue yakin bisa menghibur lo. Rian bisa menggantikan posisi gue, gue suka lo Vin. gue akan tetap suka lo selamanya.gue janji..,’’ ungkapnya. ‘’Gue juga suka sama lo Dit…,’’ balasku.
Kemudian ia menciumku dan esoknya aku terbangun di kamar dengan Rian yang sudah menungguku dengan wajah cemas. ‘’Vin, lo kok tiba-tiba pingsan sih?,’’ tanya Rian cemas. Aku hanya tersenyum mendengar perkatannya. Kusadari, ini baru benar-benar sikap Rian, aku masih membayangkan apa yang terjadi itu benar- benar atau hanya mimpi? tapi aku tahu ini adalah nyata, karena aku mengenal tatapan yang mampu menembus hatiku sama seperti Adit lakukan dulu padaku.
‘’Udah Vin… jangan dipikirin. ntar gue jealous lho…,’’ kata Rian. ‘’Sekarang lo mesti kosentrasi buat suka sama gue dan thanks ya udah milih gue jadi pendamping lo…’’ terang Rian sambil tersenyum.
‘’Udah kalau gitu, sekarang lo istirahat ya…,’’ kata Rian. Aku tak tahu kalau Rian mengetahui semua kejadian saat aku bersana Adit. Saat ini aku merasa lebih bahagia, aku bersyukur masih ada seseorang yang bisa menyukaiku dan menyayangiku dengan sepenuh hati.***
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------